Jumat, 24 Januari 2014

UJIAN SEMESTER KIMIA ORGANIK FISIK




UJIAN SEMESTER KIMIA ORGANIK FISIK















 










Disusun oleh:
Nama Anggota Kelompok
1.      Carolin Fitriany R ( F1C111050)
2.      Diyah Tri Utami ( F1C111052)
3.      Sigit Susilo (F1C111047)
4.      Widya Sulastri (F1C111008)







PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2014
SOAL :
1.      Sebagai orang kimia, anda tentu mengenal TNT , yaitu bom yang banyak digunakan dalam medan perang . kalau senyawa ini dibuat jelaskan bagaimana cara mengontrol  laju reaksi dan sekaligus mengontrol termodinamikanya. Kemukakan pula pendekatan kimia untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya ledakan.
Jawaban :
Menurut kami : Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C). Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan dengan nitrasi toluene C6H5CH3; rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name 2,4,6-trinitrotoluene. Dilihat dari pengertiannya TNT ini melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C),
 jadi cara mengontrol laju reaksi dapat dilihat dari factor suhu. Dimana seperti yang kita ketahui Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar. Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan reaksi. Alasan kenaikan suhu suatu reaksi menyebabkan nilai energi aktivasi (Ea) menjadi turun dijelaskan oleh  Svante Arhenius dengan menggunakan persamaan hubungan suhu dengan energi aktivasi dengan mengontrol suhu ini dapat dikontrol juga laju reaksi pada bom ini. selanjutnya factor yang memepengaruhi yaitu KONSENTRASI. Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga  partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, seperti pada fenomena pentas musik, maka peluang untuk bersentuhan atau bertabrakan semakin besar, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan karena dalam laju reaksi hanya tumbukan yang efektif yang menghasilkan reaksi. Pada bom cara mengontrolnya yaitu dengan melihat jumlah konsentrasi , semakin banyak konsentrasi yang terdapat pada bom maka semakin cepat juga ledakan akan ditimbulkan. Cara mengontrol laju reaksi pada Bom selanjutnya berdasarkan katalisnya dimana katalis ini dapat mempengaruhi terjadinya reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat- zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi. Katalis adalah zat yang mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). Sedangkan zat yang dapat memperlambat laju reaksi disebut inhibitor. Meskipun katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi ia tidak mempengaruhi perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain, penggunaan katalis tidak  akan mengubah entalpi reaksi. Berdasarkan katalis ini laju reaksi pada bom dapat di control sedemikian rupa sehingga ledakan itu sendiri dapat diketahui tingkat ledakannya. Dan Laju reaksi ini dapat dikontrol dengan melihat luas permukaannya. Dimana Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilah yang dimaksud dengan bidang sentuh dan  Dari perhitungan luas permukaan tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa semakin kecil suatu ukuran benda maka akan semakin besar luas permukaannya. Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan berlangsung lebih cepat. Karena akan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan yang efektif dan berdasarkan luas permukaan ini dapat dikontrol laju reaksi dan termodinamika pada suatu Bom TNT atau Trinitrotoluena.
Pendekatan kimia untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya ledakan menurut kami berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang telah kami uraikan diatas. Dimana factor ini yang dapat mengendalikan cepat atau lambatnya ledakan terjadi.
2.      Reaksi-reaksi radikal bebas lazimnya sukar dikontrol untuk mendapatkan suatu produk tunggal dalam jumlah banyak. Kemukakan apa saja upaya yang dapat anda lakukan untuk mengendalikan laju propagasi reaksi, berikan contoh reaksinya.
Jawaban :
           
Menurut kelompok kami dilihat dai pengetiannya propagasi adalah reaksi yang melibatkan radikal bebas yang mana jumlah radikal bebas akan tetap sama. Setelah terbentuk, radikal bebas klor akan menjalani sederetan reaksi. Tahap propagasi yang pertama adalah radikal bebas klor yang merebut sebuah atom hidrogen dari dalam molekul metana, menghasilkan radikal bebas metil dan HCl.

CONTOH REAKSINYA YAITU :
Cl• + H:CH3 + 1 kkal/mol → H:Cl + •CH3

     Dan upaya yang dapat dilakukan dalam mengendalikan laju propagasi reaksi pada radikal bebas adalah Antioksidan primer bereaksi dengan radikal peroksi, selanjutnya akan dirubah dalam bentuk konversinya yang lebih stabil dan nonradikal. Antioksidan primer mendonasikan atom hidrogen ke lemak radikal dan menghasilkan turunan lemak dan radikal antioksidan (A) yang lebih stabil dan mempunyai kemampuan lebih rendah pada proses autooksidasi. Antioksidan mempunyai afinitas lebih tinggi untuk mendonorkan hidrogen terhadap radikal peroksi dibandingkan lemak. Radikal bebas dan radikal peroksi yang terbentuk selama tahap propagasi pada proses autooksidasi ditangkap oleh antioksidan primer. Antioksidan kemungkinan juga bereaksi langsung dengan radikal lemak.
Ion-ion logam dapat mengkatalis reaksi pembentukan radikal bebas. Ion-ion logam tersebut misalnya Fe, Cu, Mn, Cr, Ni, V, Zn dan Al. Proses oksidasi yang dikatalisasi oleh ion-ion logam melalui 2 mekanisme yaitu reaksi ion-ion logam dengan hidroperoksida atau dengan molekul lipida. Ion-ion logam mengkatalisasi proses oksidasi dengan reaksi langsung dengan lipida tidak jenuh dan menurunkan energi aktivisi pada tahap inisiasi.
3.      Buatlah senyawa 3-metil heksanol dengan menggunakan senyawa etana sebagai bahan dasar.
Jawaban :
Rumus umum senyawa 3-metil heksanol (C6H15OH)  yaitu
C2H6 + C5H12  KMnO4    
CH3-CH2-CH-CH2-CH2-CH2 - OH + MnO2 + KOH
Menurut kelompok kami etana sebagai bahan dasar dapat ditambahkan ditambah dengan pentana yang kemudian dioksidasi dengan kalium permanganat sehingga mendapat senyawa 3-metil heksanol.

4.      Jelaskan peran kimia organik fisik dalam menjelaskan kemudahan suatu senyawa organik mengalami sublimasi. Berikan contohnya senyawa organiknya
Jawaban :
Menurut kelompok kami, kimia organik fisik pada hakekatnya adalah mengkaji aspek fisik dari suatu senyawa organik. Dengan mengetahui secara baik aspek fisik suatu molekul organik maka dapat dirancang suatu sintesa molekul target tertentu dengan pendekatan diskoneksi terutama mensintesis suatu senyawLP.a yang bermanfaat khususnya untuk obat-obatan yang secara alami kadarnya sangat rendah dalam makhluk hidup. Dalam perancangan suatu sintetik mutlak memahami reaktivitas starting material, jenis dan mekanisme reaksinya serta kemungkinan reaksi samping yang terjadi dan bagaimana agar suatu reaksi bersifat kemoselektif. peran kimia organic fisik terlihat pada proses sublimasi naftalena , 
gb483

Sifat fisika
Massa jenis (mendekati suhu kamar)
4.933 g·cm−3
386.85 K236.66 °F113.7 °C,,
363.7 °F184.3 °C,457.4 K,
386.65 K (113°C), 12.1 kPa
819 K, 11.7 MPa
(I2) 15.52 kJ·mol−1
(I2) 41.57 kJ·mol−1
(I2) 54.44 J·mol−1·K−1
Tekanan uap (rhombic)
P (Pa)
1
10
100
1 k
10 k
100 k
at T (K)
260
282
309
342
381
457

Sublimasi adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim. perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas. Gas yang dihasilkan ditampung lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Begitupun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya.
Pada percobaan sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan Kristal yang tak bewarna (Riswiyanto,2003). Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristalkembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas. Pada percobaan diperoleh berat naftalen murni yaitu 0,37 gram yang sebelumnya berat naftalen adalah 0,5 gram. Berat naftalen yang didapatkan lebih sedikit dari pada jumlah awal dari naftalen sebelum sublimasi.
Sublimasi, digunakan naftalena yang bersifat non polar. Kemudian ditambahkan krokoal atau arang aktif yang berfungsi sebagai penyerap. Kemudian campuran tersebut ditutup dengan kaca arloji yang diletakkan kapas basah diatasnya, fungsinya sebagai kondensor serta untuk menahan supaya tidak keluar, sehingga mempercepat proses penguapan. Dari uap-uap yang dihasilkan terbentuklah kristal. Dari pembentukan kristal ini, maka kita dapat menentukan titik leburnya. Titik leburnya yaitu pada suhu 45oC.

Sifat Fisik
Massa molar

Kepadatan

Titik lebur

Titik didih

Kelarutan dalam air
128,17052 g

1,14 g / cm ³

80,26 ° C, 353 K, 176 ° F

218 ° C, 491 K, 424 ° F

30 mg / L




Tidak ada komentar:

Posting Komentar